7 Tips Menghindari Fear of Missing Out (FOMO): No. 4 Paling Mengejutkan!

Di zaman yang serba cepat dan serba terhubung seperti sekarang, kita tak hanya berlomba mengejar pencapaian, tapi juga berlomba untuk tidak tertinggal dari apa pun. Entah itu berita terkini, tren fashion, tempat makan viral, atau pencapaian hidup teman-teman di media sosial.
Inilah yang disebut sebagai FOMO (Fear of Missing Out) — ketakutan bahwa kita tertinggal sesuatu yang penting, bahwa hidup kita tidak seberwarna hidup orang lain. Meski tampak sepele, FOMO bisa memicu stres berkepanjangan, rasa minder, kebingungan arah hidup, bahkan depresi.
Kabar baiknya: kamu bisa terbebas dari FOMO. Berikut ini adalah 7 tips psikologis dan praktis untuk mengatasi FOMO, dan tips nomor 4 bisa jadi langkah paling mengejutkan namun sangat efektif!
- Sadari Bahwa Media Sosial Adalah Ilusi Kurasi
Apa yang kita lihat di media sosial bukanlah kenyataan seutuhnya. Itu adalah kurasi — potongan-potongan momen terbaik, dibungkus filter, caption motivasional, dan sudut kamera yang sempurna. Sementara kamu melihat diri sendiri dari belakang layar, kamu membandingkan dengan citra terbaik orang lain.
Misalnya, seseorang memamerkan liburan di Bali, padahal bisa jadi itu hasil cicilan atau bahkan hanya repost foto tahun lalu. Memahami bahwa dunia digital sering kali hanya menampilkan kulit luar akan membantumu menurunkan ekspektasi dan mengurangi perasaan tertinggal.
- Praktikkan Digital Detox dengan Sengaja
Coba perhatikan: berapa kali kamu membuka ponsel hanya karena “iseng”? Lalu tiba-tiba 45 menit habis untuk scroll TikTok atau IG?
Kebiasaan ini memperbesar peluang FOMO karena kamu terpapar terus-menerus pada pencapaian orang lain.
Mulailah dengan membatasi waktu penggunaan media sosial. Gunakan fitur screen time atau app limiter. Jadwalkan digital detox seminggu sekali — bisa satu hari tanpa media sosial atau dua jam setiap malam tanpa layar.
Manfaatnya luar biasa: tidur lebih nyenyak, pikiran lebih jernih, dan kamu mulai merasa “cukup”.
- Latih Rasa Syukur Setiap Hari
FOMO sering kali muncul dari rasa tidak puas dengan diri sendiri. Salah satu cara mengimbanginya adalah dengan aktif melatih syukur. Coba biasakan menulis jurnal syukur setiap pagi atau malam. Tulis minimal tiga hal yang kamu syukuri hari itu, sekecil apa pun: makanan hangat, tawa anakmu, udara sejuk pagi ini.
Syukur adalah antidote alami terhadap FOMO. Ketika kamu fokus pada apa yang sudah ada, kamu berhenti mengejar apa yang belum tentu kamu butuhkan.
- Unfollow atau Mute Orang-Orang yang Memicu FOMO
Ini mungkin mengejutkan, apalagi kalau mereka adalah teman dekat, mantan, atau influencer favorit. Tapi jika setiap kali melihat postingan mereka kamu merasa kecil, minder, atau rendah diri, itu tanda bahwa kamu perlu mengambil jarak.
Unfollow bukan berarti kamu membenci mereka — itu berarti kamu sedang mencintai dirimu sendiri.
Kamu bisa juga menggunakan fitur “mute” agar kamu tidak melihat update mereka tanpa harus memutus pertemanan. Dengan begitu, kamu tetap menjaga relasi sosial tanpa mengorbankan ketenangan mentalmu.
- Bangun Kehidupan Nyata yang Penuh Makna
FOMO tumbuh subur ketika kita terlalu banyak melihat ke luar dan terlalu sedikit hidup di dalam. Alih-alih hanya mengikuti kehidupan digital orang lain, fokuslah membangun kehidupan nyata yang bermakna.
Caranya?
- Bangun hubungan nyata dengan orang-orang terdekat.
- Ikut kegiatan komunitas.
- Lakukan hobi yang membuatmu lupa waktu.
- Pelajari hal baru bukan untuk konten, tapi untuk pertumbuhan pribadi.
- Ketika hidupmu di dunia nyata terasa kaya, kamu tidak lagi tergoda untuk iri dengan apa yang tampak di layar orang lain.
- Tetapkan Arah dan Tujuan Hidupmu Sendiri
Tanpa arah hidup yang jelas, kamu akan mudah terbawa arus pencapaian orang lain. Hari ini kamu iri karena teman naik pangkat, besok kamu iri karena orang lain punya anak, lusa kamu iri karena ada yang resign dan keliling dunia.
Tapi jika kamu tahu tujuan hidupmu, kamu akan punya “kompas batin” yang membimbing setiap langkah. Kamu akan sadar bahwa setiap orang punya musim hidupnya masing-masing. Mungkin sekarang giliran orang lain bersinar — tak masalah, karena giliranmu akan datang.
- Belajar Let Go: Kamu Tidak Harus Ikut Semua Hal
Kamu tidak harus nonton semua film baru, datang ke semua event, beli semua barang viral, atau ikut semua kelas yang trending.
Melewatkan sesuatu bukan berarti kamu ketinggalan — itu berarti kamu sedang memilih dengan sadar.
Semakin banyak kamu belajar berkata “tidak”, semakin tenang hidupmu. Ingat: hidup yang penuh bukan hidup yang sibuk — tapi hidup yang bermakna.
Penutup: Kamu Tidak Tertinggal — Kamu Sedang Tumbuh
FOMO bisa terasa nyata, tapi kamu tidak harus diperbudak olehnya. Dengan melatih kesadaran, membatasi paparan digital, dan membangun hidup yang otentik, kamu akan menemukan rasa damai yang tidak bisa diberikan oleh likes, views, atau validasi dari orang lain. You’re not missing out. (YH)