Today

Polemik Gaji Guru, Berapakah Gaji Guru di Masa Kejayaan Islam?

Cianjur24Jam

Polemik Gaji Guru, Berapakah Gaji Guru di Masa Kejayaan Islam?

Profesi guru sejak dahulu hingga sekarang selalu menempati posisi penting dalam kehidupan manusia. Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga pembentuk karakter, penanam ilmu, serta pembimbing moral bagi generasi penerus. Namun, polemik mengenai gaji guru selalu menjadi perbincangan hangat di berbagai zaman, termasuk di era modern saat ini. Banyak guru yang merasa penghasilannya belum sesuai dengan jasa dan pengorbanan yang diberikan.

Menariknya, jika kita menelusuri sejarah, khususnya di masa kejayaan Islam, profesi guru justru mendapat perhatian besar. Para penguasa Islam tidak hanya menghargai guru dari sisi penghormatan sosial, tetapi juga memberikan kesejahteraan yang layak melalui sistem penggajian. Lalu, berapakah gaji guru di masa kejayaan Islam, dan bagaimana perbandingannya dengan kondisi sekarang?

Guru dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, posisi guru sangat dimuliakan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di laut sekalipun, bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).

Hadis ini menunjukkan bahwa mengajar adalah pekerjaan mulia, sehingga wajar bila para guru di masa kejayaan Islam mendapatkan tempat terhormat. Ilmu dianggap sebagai cahaya, dan orang yang menyebarkannya dipandang sebagai penerus risalah Nabi. Oleh karena itu, para khalifah, sultan, dan penguasa Islam memberi perhatian besar kepada pendidikan, termasuk kesejahteraan para guru.

Sistem Pendidikan dan Guru di Masa Kejayaan Islam

Pada masa Dinasti Abbasiyah (750–1258 M), dunia Islam mengalami puncak kejayaan ilmu pengetahuan. Baghdad menjadi pusat ilmu dengan berdirinya Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan). Di lembaga pendidikan seperti madrasah, masjid, dan perpustakaan, para guru dan ulama diberi kesempatan untuk mengajar dengan dukungan penuh dari negara.

Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu kedokteran, astronomi, matematika, filsafat, hingga sastra. Guru dan ulama menjadi tokoh yang dihormati dan dijamin kehidupannya. Pemerintah menanggung biaya hidup guru melalui gaji yang bersumber dari kas negara (baitul mal), wakaf, dan donasi dari orang kaya.

Sistem Pendidikan dan Guru di Masa Kejayaan Islam

Berapakah Gaji Guru di Masa Kejayaan Islam?

Mencatat secara pasti nominal gaji guru di masa kejayaan Islam memang tidak mudah, karena sistem ekonomi saat itu menggunakan dinar (emas) dan dirham (perak) yang nilainya berbeda dengan uang sekarang. Namun, sejumlah catatan sejarah memberikan gambaran tentang besarnya penghargaan finansial kepada guru.

  1. Gaji dalam bentuk dinar emas
    Beberapa sumber menyebutkan bahwa seorang guru pada masa Abbasiyah bisa menerima gaji sekitar 15 hingga 30 dinar per bulan. Jika dikonversi dengan nilai emas sekarang, 1 dinar setara dengan ±4,25 gram emas. Artinya, gaji guru pada masa itu bisa mencapai 60–120 gram emas per bulan. Jika harga emas saat ini sekitar Rp1 juta per gram, maka gaji tersebut setara dengan Rp60 juta hingga Rp120 juta per bulan. Jumlah ini tentu sangat fantastis dibandingkan gaji guru di era modern.

  2. Tunjangan tambahan
    Selain gaji pokok, para guru juga sering menerima tunjangan berupa rumah, makanan, dan fasilitas kesehatan dari negara. Bahkan, beberapa madrasah menyediakan asrama dan kebutuhan sehari-hari guru serta murid secara gratis.

  3. Wakaf untuk pendidikan
    Salah satu sumber kesejahteraan guru di masa kejayaan Islam adalah wakaf. Banyak pengusaha kaya dan pejabat yang mewakafkan tanah, toko, atau kebun yang hasilnya digunakan untuk membiayai guru dan lembaga pendidikan. Sistem ini membuat pendidikan tidak hanya bergantung pada pajak negara, tetapi juga pada kontribusi masyarakat.

Perbandingan dengan Gaji Guru di Era Modern

Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang, gaji guru di Indonesia dan beberapa negara berkembang masih jauh dari kata layak. Banyak guru honorer yang hanya mendapat penghasilan Rp500 ribu hingga Rp2 juta per bulan, jauh di bawah kebutuhan hidup layak.

Berbeda dengan masa kejayaan Islam, di mana guru ditempatkan pada posisi elit dengan gaji tinggi, tunjangan lengkap, serta penghormatan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban Islam sangat memuliakan ilmu dan orang yang mengajarkannya.

Polemik Gaji Guru di Era Sekarang

Polemik mengenai gaji guru di era modern sebenarnya bukan hanya soal nominal, tetapi juga tentang penghargaan terhadap profesi itu sendiri. Ada beberapa masalah utama:

  • Ketidakmerataan gaji antara guru negeri dan honorer.

  • Minimnya anggaran pendidikan di beberapa negara.

  • Kurangnya sistem penghargaan bagi guru yang berprestasi.

Padahal, jika melihat sejarah, bangsa yang maju adalah bangsa yang menempatkan guru pada posisi terhormat. Kejayaan Islam menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dan kesejahteraan guru adalah kunci peradaban.

Teladan dari Masa Kejayaan Islam

Dari sejarah, kita dapat mengambil teladan bahwa memuliakan guru bukan hanya dengan penghormatan, tetapi juga dengan memastikan kesejahteraan mereka. Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diteladani:

  1. Memberikan gaji layak sesuai jasa guru.

  2. Menyediakan fasilitas pendidikan yang lengkap agar guru bisa fokus mengajar.

  3. Mendorong partisipasi masyarakat melalui sistem wakaf pendidikan.

  4. Menghargai ilmu dalam berbagai bidang, tidak hanya agama tetapi juga sains dan teknologi.

Jika sistem ini dihidupkan kembali, polemik gaji guru yang sering muncul di era modern bisa diminimalisir.

Kesimpulan

Polemik gaji guru bukanlah isu baru. Sejak masa kejayaan Islam, guru sudah ditempatkan sebagai profesi mulia yang tidak hanya dihormati secara sosial tetapi juga dijamin kesejahteraannya. Gaji guru pada masa Dinasti Abbasiyah, jika dikonversikan ke nilai sekarang, bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan.

Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian peradaban Islam terhadap pendidikan dan kesejahteraan pengajarnya. Sebaliknya, kondisi saat ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu kembali meneladani sistem kejayaan Islam yang memuliakan guru, agar profesi ini benar-benar bisa mencetak generasi unggul untuk masa depan.

Sumber Referensi

  • Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultaniyyah.

  • Ibn Khaldun, Muqaddimah.

  • George Makdisi, The Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and the West.

  • Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism.

Related Post

Leave a Comment