Today

La Illaha Illa Allah bagi Pejabat Menurut Dedi Mulyadi saat Sambutan di Pondok Suryalaya

Cianjur24Jam

La Illaha Illa Allah bagi Pejabat Menurut Dedi Mulyadi saat Sambutan di Pondok Suryalaya

Kalimat La Illaha Illa Allah merupakan inti dari ajaran tauhid dalam Islam. Ungkapan ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pernyataan iman yang menegaskan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Kalimat ini telah menjadi pegangan umat Islam di seluruh dunia dan menjadi pondasi utama dalam kehidupan spiritual maupun sosial. Namun, makna kalimat ini semakin luas ketika disampaikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam dunia kepemimpinan dan politik.

Salah satu tokoh publik yang menyoroti makna La Illaha Illa Allah bagi pejabat adalah Dedi Mulyadi, seorang Gubernur, politisi dan budayawan asal Jawa Barat. Dalam sebuah sambutan di Pondok Pesantren Suryalaya, Dedi Mulyadi memberikan pandangan yang dalam mengenai arti kalimat tauhid ini bagi seorang pejabat. Menurutnya, pemahaman terhadap makna La Illaha Illa Allah bukan hanya urusan spiritual, tetapi juga harus menjadi pegangan moral dalam menjalankan tugas kepemimpinan.

La Illaha Illa Allah sebagai Fondasi Kepemimpinan

Menurut Dedi Mulyadi, seorang pejabat yang memahami makna La Illaha Illa Allah akan menyadari bahwa kekuasaan bukanlah miliknya sendiri, melainkan titipan dari Allah. Dengan begitu, jabatan tidak boleh dijadikan sarana untuk menumpuk kekayaan atau memperkuat ego pribadi. Kalimat ini menegaskan bahwa segala bentuk kekuasaan adalah fana, dan hanya Allah yang memiliki kekuasaan sejati.

Pejabat yang benar-benar meyakini tauhid akan menjadikan amanah jabatan sebagai ladang pengabdian, bukan kesempatan untuk berkuasa semena-mena. Pemimpin seperti ini akan selalu mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi.

Menolak Penyembahan terhadap Jabatan

Dalam sambutannya, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa banyak pejabat yang tanpa sadar “menyembah” jabatan. Mereka terlalu melekat dengan kursi kekuasaan hingga lupa bahwa jabatan hanyalah sementara. Makna La Illaha Illa Allah bagi seorang pejabat adalah menolak segala bentuk “penyembahan” selain kepada Allah, termasuk penyembahan terhadap kekuasaan, harta, maupun popularitas.

Dengan memahami ini, seorang pejabat seharusnya lebih rendah hati dan tidak menjadikan jabatannya sebagai sumber kesombongan. Sebaliknya, ia harus menjadikan jabatan sebagai sarana pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

Menghadirkan Nilai Kejujuran dan Keadilan

Kalimat tauhid juga mengajarkan nilai kejujuran dan keadilan. Dedi Mulyadi menilai, pejabat yang benar-benar menghayati makna La Illaha Illa Allah akan selalu menjaga kejujuran dalam setiap langkahnya. Mereka sadar bahwa Allah selalu mengawasi, sehingga tidak ada ruang untuk berbohong, melakukan korupsi, atau berbuat curang.

Selain itu, La Illaha Illa Allah mendorong terciptanya keadilan. Seorang pejabat yang mengingat Allah dalam setiap kebijakannya akan selalu berpihak kepada kebenaran dan tidak membeda-bedakan rakyat berdasarkan status sosial maupun kepentingan politik.

Menjadi Teladan di Tengah Masyarakat

Menurut Dedi, pejabat bukan hanya pemimpin secara struktural, tetapi juga panutan bagi masyarakat. Dengan menjadikan La Illaha Illa Allah sebagai pedoman hidup, seorang pemimpin akan menjaga ucapan, sikap, dan perilaku agar selalu mencerminkan nilai ketuhanan.

Pejabat yang menjadikan tauhid sebagai pegangan hidup tidak hanya berfokus pada pencapaian duniawi, tetapi juga menyiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan setiap keputusan di hadapan Allah. Dengan begitu, kepemimpinan menjadi sebuah jalan ibadah.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Pesan yang disampaikan Dedi Mulyadi di Pondok Pesantren Suryalaya sangat relevan dengan kondisi saat ini. Banyak pejabat yang lupa bahwa jabatan hanyalah titipan. Tidak sedikit yang terjerat kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan perilaku yang jauh dari nilai-nilai moral.

Dengan menghayati makna La Illaha Illa Allah, seorang pejabat diharapkan mampu menjaga integritas, bekerja untuk kepentingan rakyat, dan tidak tergoda dengan kesenangan duniawi yang menyesatkan. Nilai ini bisa menjadi solusi atas krisis moral yang sering melanda dunia politik dan birokrasi.

Kesimpulan

Kalimat La Illaha Illa Allah bukan sekadar ucapan, melainkan pedoman hidup yang harus dihayati dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kepemimpinan. Pandangan Dedi Mulyadi di Pondok Pesantren Suryalaya menegaskan bahwa pejabat yang memahami makna tauhid akan menjadi pemimpin yang jujur, adil, rendah hati, dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Dengan menjadikan La Illaha Illa Allah sebagai fondasi kepemimpinan, pejabat tidak hanya sukses secara duniawi, tetapi juga selamat secara ukhrawi. Pesan ini sangat penting untuk diingat, agar jabatan tidak lagi menjadi sumber kesombongan dan penyalahgunaan kekuasaan, melainkan sarana pengabdian kepada Allah dan masyarakat.

Sumber Referensi:

  • Sambutan Dedi Mulyadi di Pondok Pesantren Suryalaya (liputan media lokal Jawa Barat)

  • Al-Qur’an dan Hadis tentang Tauhid dan Kepemimpinan

  • Kementerian Agama RI – Modul Pendidikan Agama Islam tentang Tauhid

  • Youtube Lembur Pakuan Channel

Related Post

Leave a Comment